Apa Itu Penyakit Hepatitis B?
Di antara sekian banyak jenis virus
hepatitis, penyakit hepatitis B merupakan variasi lainnya dari penyakit
hepatitis. Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus hepatitis B dan
dampak yang ditimbulkannya lebih berbahaya dibandingkan hepatitis A yang
tak berbeda jauh dengan demam biasa.
Penderita hepatitis B biasanya sudah terjangkit virusnya selama tahunan yang dapat menyebabkan peradangan pada hati. Pada beberapa kasus (sebagian kecil), penyakit ini bisa berlanjut pada sirosis hati, bahkan kanker hati.
Penyakit hepatitis B telah menjadi epidemik bagi sejumlah negara-negara di Afrika dan Asia. Yang perlu dicermati, penyebab hepatitis B ini bukan akibat virus semata, melainkan juga bisa akibat terkena paparan berbagai zat kimia atau keracunan obat.
Paparan berbagai zat kimia bisa jadi mencakup arsen, fosfor, tetraklorida, dan lainnya, yang biasanya digunakan dalam industri modern. Zat-zat kimia tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai macam cara mulai dari terhirup hidung, tertelan sampai diserap kulit.
Dan menurut penelitian, virus hepatitis B seratus kali lebih ganas dibandingkan virus HIV/AIDS dan juga sepuluh kali lebih sering ditularkan. Secara umum, gejala-gejala yang ditimbulkan oleh hepatitis B cukup ringan dan tidak berbeda jauh dengan gejala yang ditunjukkan oleh hepatitis A.
Gejala-gejala yang bisa diamati mulai dari demam ringan, perut terasa mual sampai mau muntah, perasaan tidak enak di perut, serta hilangnya selera makan. Dan setelah satu minggu pasien menderita gejala tersebut, biasanya akan muncul gejala utama yakni bagian mata yang berwarna putih akan tampak kuning, air seni yang menguning, dan juga kulit di seluruh tubuh pun ikut menguning.
Dalam menanggapi serangan virus ini, ada tiga kemungkinan respon tubuh. Pertama, jika tanggapan imunitas tubuh adekuat maka yang terjadi akan timbul pembersihan virus-virus dan pasien pun akan sembuh.
Kedua, jika kekebalan tubuh melemah maka kemungkinan besar si pasien akan menderita hepatitis carrier inaktif. Dan terakhir, jika tanggapan tubuh pasien sifatnya intermediate yakni kondisi di antara kedua hal di atas, maka kemungkinan besar penyakit akan terus berkembang menjadi penyakit hepatitis B kronis.
Penularan secara vertikal yang lebih bersifat genetik—Hal ini bisa terjadi, misalnya pada seorang ibu yang menularkan hepatitis B pada bayi yang baru dilahirkannya.
Penularan secara horizontal—Dalam konteks ini, ada banyak sekali cara penularannya seperti penggunaan alat suntik yang tidak higienis, tusuk jarum, tindikan di telinga, transfusi darah, atau luka yang mengeluarkan darah.
Makanya, biasanya disaat ada kegiatan donor darah atau transfusi darah, biasanya akan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah darah yang dikeluarkan dari tubuh pendonor tersebut mengindikasikan adanya virus hepatitis, HIV, atau sipilis.
Kini, sudah ada metode perawatan hepatitis B sehingga bisa meningkatkan kesempatan sembuh para penderitanya. Perawatan tersebut tersedia dalam bentuk modulator sistem kebal dan anti-viral. Contoh anti-viral seperti adefoir dan lamivudine.
Selain dengan pengobatan medis, hepatitis B juga bisa diobati dengan menggunakan pengobatan tradisional. Seperti yang diketahui, pengobatan cara herbal ini semakin berkembang saja sehingga memberikan alternatif penyembuhan kepada banyak pasien.
Beberapa jenis tanaman obat yang sudah terbukti membantu pengobatan penyakit hepatitis B seperti Kunyit, Sambiloto, Temulawak, Jamur kayu, Meniran, akar Alang-alang dan lainnya. Kunci pengobatan secara tradisional ialah ketekunan dan persisten.
Penderita hepatitis B biasanya sudah terjangkit virusnya selama tahunan yang dapat menyebabkan peradangan pada hati. Pada beberapa kasus (sebagian kecil), penyakit ini bisa berlanjut pada sirosis hati, bahkan kanker hati.
Penyakit hepatitis B telah menjadi epidemik bagi sejumlah negara-negara di Afrika dan Asia. Yang perlu dicermati, penyebab hepatitis B ini bukan akibat virus semata, melainkan juga bisa akibat terkena paparan berbagai zat kimia atau keracunan obat.
Paparan berbagai zat kimia bisa jadi mencakup arsen, fosfor, tetraklorida, dan lainnya, yang biasanya digunakan dalam industri modern. Zat-zat kimia tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai macam cara mulai dari terhirup hidung, tertelan sampai diserap kulit.
Dan menurut penelitian, virus hepatitis B seratus kali lebih ganas dibandingkan virus HIV/AIDS dan juga sepuluh kali lebih sering ditularkan. Secara umum, gejala-gejala yang ditimbulkan oleh hepatitis B cukup ringan dan tidak berbeda jauh dengan gejala yang ditunjukkan oleh hepatitis A.
Gejala-gejala yang bisa diamati mulai dari demam ringan, perut terasa mual sampai mau muntah, perasaan tidak enak di perut, serta hilangnya selera makan. Dan setelah satu minggu pasien menderita gejala tersebut, biasanya akan muncul gejala utama yakni bagian mata yang berwarna putih akan tampak kuning, air seni yang menguning, dan juga kulit di seluruh tubuh pun ikut menguning.
Dalam menanggapi serangan virus ini, ada tiga kemungkinan respon tubuh. Pertama, jika tanggapan imunitas tubuh adekuat maka yang terjadi akan timbul pembersihan virus-virus dan pasien pun akan sembuh.
Kedua, jika kekebalan tubuh melemah maka kemungkinan besar si pasien akan menderita hepatitis carrier inaktif. Dan terakhir, jika tanggapan tubuh pasien sifatnya intermediate yakni kondisi di antara kedua hal di atas, maka kemungkinan besar penyakit akan terus berkembang menjadi penyakit hepatitis B kronis.
Cara Penularan Hepatitis B
Perlu diketahui bahwa penyakit hepatitis B ini lebih berbahaya dibandingkan hepatitis jenis lainnya. Penyakit ini juga dapat menyerang siapapun, dari golongan manapun, dan dari segala usia. Setidaknya, ada dua cara penularan penyakit hepatitis B ini.Penularan secara vertikal yang lebih bersifat genetik—Hal ini bisa terjadi, misalnya pada seorang ibu yang menularkan hepatitis B pada bayi yang baru dilahirkannya.
Penularan secara horizontal—Dalam konteks ini, ada banyak sekali cara penularannya seperti penggunaan alat suntik yang tidak higienis, tusuk jarum, tindikan di telinga, transfusi darah, atau luka yang mengeluarkan darah.
Makanya, biasanya disaat ada kegiatan donor darah atau transfusi darah, biasanya akan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah darah yang dikeluarkan dari tubuh pendonor tersebut mengindikasikan adanya virus hepatitis, HIV, atau sipilis.
Perawatan Hepatitis B
Hepatitis akan berdampak pada rusaknya banyak sel sehingga mengakibatkan malfungsi dan tidak berkinerja sebagaimana mestinya. Pasien yang menderita penyakit hepatitis B biasanya sembuh dan hanya sekitar 10% saja yang berlanjut menjadi sirosis maupun kanker hati.Kini, sudah ada metode perawatan hepatitis B sehingga bisa meningkatkan kesempatan sembuh para penderitanya. Perawatan tersebut tersedia dalam bentuk modulator sistem kebal dan anti-viral. Contoh anti-viral seperti adefoir dan lamivudine.
Selain dengan pengobatan medis, hepatitis B juga bisa diobati dengan menggunakan pengobatan tradisional. Seperti yang diketahui, pengobatan cara herbal ini semakin berkembang saja sehingga memberikan alternatif penyembuhan kepada banyak pasien.
Beberapa jenis tanaman obat yang sudah terbukti membantu pengobatan penyakit hepatitis B seperti Kunyit, Sambiloto, Temulawak, Jamur kayu, Meniran, akar Alang-alang dan lainnya. Kunci pengobatan secara tradisional ialah ketekunan dan persisten.