Mengenal Epidemiologi Hepatitis A
Kebanyakan orang pasti sudah mengetahui penyakit hepatitis A. Namun, belum tentu semua mengetahui secara detail epidemiologi hepatitis A karena memang pengetahuan tersebut berada di wilayah para pekerja medis. Setiap orang sebaiknya mengetahui seperti apa epidemiologi hepatitis A supaya ketika dirinya atau keluarganya ada yang terkena penyakit ini paling tidak bisa memberikan tindakan awal sebelum membawanya ke dokter.
Gejala yang sering ditimbulkan pada penderita hepatitis A di negara-negara yang terkategori non-endemis ialah seperti anoreksia, nausea, gangguan abdominal, dan malaise.
Penyakit hepatitis A memiliki gejala klinis dengan spektrum yang bervariasi yakni mulai dari gejala ringan sampai berat. Gejala ringan bisa sembuh hanya dengan waktu 1-2 minggu saja, sedangkan gejala berat bisa berlangsung sampai berbulan-bulan.
Gejala penyakit ini biasanya akan semakin berat seiring dengan bertambahnya usia meskipun memang kejadian meninggal karena hepatitis A ini masih tergolong rendah (hanya sekitar 0,1–0,3%).
Penyakit hepatitis A ini, secara epidemiologi, tersebar di seantero dunia dengan kecenderungan muncul secara siklik. Di negara-negara berkembang, orang-orang dewasanya biasanya sudah kebal dengan serangan virus ini.
Namun, di beberapa negara yang secara umum memiliki kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, golongan dewasa mudanya sangat rentan terkena hepatitis A ini.
Kejadian penularan di negara-negara maju biasanya terjadi dengan berbagai cara seperti hubungan seksual yang bebas, pecandu obat-obatan terlarang, pria homoseksual, dan juga wabah yang biasanya muncul di tempat-tempat yang menjadi basis penitipan anak.
Di negara dengan tingkat sanitasi lingkungan yang rendah, infeksi virus pada umumnya terjadi para golongan usia muda. Di Amerika Serikat misalnya, sebanyak 33% diketahui sudah pernah terinfeksi virus hepatitis A ini.
Di negara-negara maju, tingkat penyebaran wabahnya sangat lambat yang biasanya disebabkan oleh kondisi geografisnya yang luas. Meski begitu, ketersebarannya secara masif perlu terus dipantau dan ditindaklanjuti secara serius.
Pada umumnya, hepatitis A menyerang anak-anak dan dewasa muda. Hal itu umum terjadi di berbagai negara. Sedangkan, yang menjadi reservoir penyakit ini ialah manusia dan sangat jarang terjadi pada primata dan simpanse.
Cara penularannya sendiri dapat melalui berbagai mekanisme yang beragam, seperti bersentuhan dengan air yang terkontaminasi, makanan yang tercemar, makanan yang tidak dimasak dengan matang, dan lainnya.
Selain itu, kejadian penularan virus ini di beberapa negara di Eropa dan AS sering dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang. Penularan juga sering terjadi lewat transfusi darah.
Masa inkubasi penyakit ini yakni antara 15 hari sampai 2 bulan kurang. Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan, menunjukkan bahwa infektivitas penyakit ini maksimal terjadi di hari-hari terakhir masa inkubasi dan kemudian akan terus berlanjut sampai menjelang munculnya ikterus.
Pada sebagian besar kasus, virus ini tidak menular pada minggu pertama pasca terjadinya ikterus sekalipun ekskresi virus berlangsung dalam tempo yang lama (bisa sampai 6 bulan). Untuk meminimalisir terjadinya hepatitis A pada masyarakat, maka diperlukan sejumlah upaya pencegahan berikut.
- Memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi yang baik untuk meminimalisir berkembangnya virus hepatitis A yang banyak ditemukan di kawasan yang rendah tingkat sanitasinya.
- Memberikan vaksinasi hepatitis A sejak dini supaya seseorang tidak mudah terjangkit hepatitis A.
- Melakukan pengelolaan tempat-tempat penitipan anak atau panti yang sejauh ini telah banyak disebut-sebut sebagai fokus berkembang-biaknya virus hepatitis A karena persoalan sanitasi yang buruk.
Makanya, diperlukan kesadaran pada setiap individu untuk senantiasa menjaga kebersihan, baik di dalam rumah, maupun lingkungan masyarakat yang lebih luas, disamping juga melakukan vaksinasi.