Mengenal Epidemiologi Hepatitis B
Sebagaimana yang diketahui, Masing-masing
jenis hepatitis tentu memiliki karakteristiknya tersendiri. Khusus
pembahasan kali ini lebih difokuskan pada epidemiologi hepatitis B yang
kemungkinan besar belum diketahui oleh orang kebanyakan. Meskipun bukan
pekerja medis, namun adalah bijak jika Anda mengetahui lebih mendalam
tentang hepatitis B ini supaya ketika Anda atau anggota keluarga ada
yang terjangkit virus ini, setidaknya Anda mengetahui tindakan apa yang
sebaiknya dilakukan.
Penularan virus hepatitis B ini bisa terjadi melalui aneka sebab seperti terjadinya kontak darah atau cairan tubuh dengan orang yang diduga kuat sudah terinfeksi hepatitis B.
Biasanya penularan dapat terjadi melalui transfusi darah, hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, jarum suntik, penularan dari ibu kepada bayinya saat melahirkan, ataupun penggunaan handuk secara bersama-sama oleh banyak orang.
Biasanya, di suatu tempat tertentu yang ditinggali oleh banyak orang seperti asrama atau rumah susun (rusun), sangat rentan sekali menjadi tempat penularan hepatitis B ini.
Penyakit ini memang bisa menyerang setiap orang tanpa dibatasi oleh usia atau jenis kelamin, namun menurut data medis, hepatitis B lebih banyak menyerang orang-orang yang masih berusia produktif.
Ada sekitar 10-30 juta jiwa di dunia ini yang terserang hepatitis B setiap tahunnya. Tentu saja, jika orang-orang muda yang masih produktif banyak yang terserang hepatitis, maka menyebabkan kerugian besar baik bagi diri, keluarga, atau masyarakatnya.
Oleh sebab itu, menanggulangi supaya penyakit ini tidak menyebar ialah langkah terbaik. Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa penyakit ini endemik di kawasan China dan sebagian kawasan Asia lain, termasuk Indonesia.
Bahkan, mayoritas orang di kawasan tersebut terserang hepatitis B sejak mereka berusia anak-anak. Menurut data, diperkirakan bahwa sekitar 10% orang di Asia menderita hepatitis B kronik.
Yang membahayakan, infeksi virus hepatitis B begerak secara sembunyi-sembunyi sehingga jarang orang yang mengetahui kalau dirinya terjangkit hepatitis.
Pada umumnya, mereka yang terinfeksi virus hepatitis B ini merasa bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak terganggu suatu apapun. Ditambah lagi dengan penderita yang terinfeksi virus ini, yang biasanya tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui bahwa dirinya menderita setelah ia memeriksakan dirinya ke dokter.
Maka itu, banyak pekerja medis yang kemudian menyarankan supaya setiap orang melakukan tes kesehatan untuk mendeteksi ada atau tidaknya infeksi hepatitis B ini.
Khusus untuk Indonesia sendiri, penderita hepatitis B cukup tinggi yakni mencapai 6.654 juta orang. Tingkat prevalensinya bahkan cukup tinggi yakni mencapai 13,3 juta orang.
Secara global, Indonesia menduduki urutan nomor tiga dunia setelah China dengan 123,7 juta jiwa dan India 50 juta jiwa negara yang penduduknya terjangkit hepatitis B.
Jumlah penderita hepatitis B di kawasan Asia Pasifik cenderung lebih banyak dibandingkan penderita di Amerika dan Eropa. Pertumbuhan penderita hepatitis ini juga sangat terkait dengan faktor lingkungan, sosial, dan demografi.
Selain itu, faktor lainnya yang juga berpengaruh dalam penyebaran virus ini ialah faktor virus yakni mutasi dan genotif. Secara genotif, negeri kita ini ternyata cukup menonjol untuk hepatitis B dan C.
Makanya itu, diperlukan tingkat kehati-hatian dan kewaspadaan yang tinggi supaya Anda tidak terserang virus yang diam-diam menyerang. Bukannya mencegah lebih baik daripada mengobati?
Penularan virus hepatitis B ini bisa terjadi melalui aneka sebab seperti terjadinya kontak darah atau cairan tubuh dengan orang yang diduga kuat sudah terinfeksi hepatitis B.
Biasanya penularan dapat terjadi melalui transfusi darah, hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, jarum suntik, penularan dari ibu kepada bayinya saat melahirkan, ataupun penggunaan handuk secara bersama-sama oleh banyak orang.
Biasanya, di suatu tempat tertentu yang ditinggali oleh banyak orang seperti asrama atau rumah susun (rusun), sangat rentan sekali menjadi tempat penularan hepatitis B ini.
Penyakit ini memang bisa menyerang setiap orang tanpa dibatasi oleh usia atau jenis kelamin, namun menurut data medis, hepatitis B lebih banyak menyerang orang-orang yang masih berusia produktif.
Ada sekitar 10-30 juta jiwa di dunia ini yang terserang hepatitis B setiap tahunnya. Tentu saja, jika orang-orang muda yang masih produktif banyak yang terserang hepatitis, maka menyebabkan kerugian besar baik bagi diri, keluarga, atau masyarakatnya.
Oleh sebab itu, menanggulangi supaya penyakit ini tidak menyebar ialah langkah terbaik. Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa penyakit ini endemik di kawasan China dan sebagian kawasan Asia lain, termasuk Indonesia.
Bahkan, mayoritas orang di kawasan tersebut terserang hepatitis B sejak mereka berusia anak-anak. Menurut data, diperkirakan bahwa sekitar 10% orang di Asia menderita hepatitis B kronik.
Yang membahayakan, infeksi virus hepatitis B begerak secara sembunyi-sembunyi sehingga jarang orang yang mengetahui kalau dirinya terjangkit hepatitis.
Pada umumnya, mereka yang terinfeksi virus hepatitis B ini merasa bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak terganggu suatu apapun. Ditambah lagi dengan penderita yang terinfeksi virus ini, yang biasanya tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui bahwa dirinya menderita setelah ia memeriksakan dirinya ke dokter.
Maka itu, banyak pekerja medis yang kemudian menyarankan supaya setiap orang melakukan tes kesehatan untuk mendeteksi ada atau tidaknya infeksi hepatitis B ini.
Khusus untuk Indonesia sendiri, penderita hepatitis B cukup tinggi yakni mencapai 6.654 juta orang. Tingkat prevalensinya bahkan cukup tinggi yakni mencapai 13,3 juta orang.
Secara global, Indonesia menduduki urutan nomor tiga dunia setelah China dengan 123,7 juta jiwa dan India 50 juta jiwa negara yang penduduknya terjangkit hepatitis B.
Jumlah penderita hepatitis B di kawasan Asia Pasifik cenderung lebih banyak dibandingkan penderita di Amerika dan Eropa. Pertumbuhan penderita hepatitis ini juga sangat terkait dengan faktor lingkungan, sosial, dan demografi.
Selain itu, faktor lainnya yang juga berpengaruh dalam penyebaran virus ini ialah faktor virus yakni mutasi dan genotif. Secara genotif, negeri kita ini ternyata cukup menonjol untuk hepatitis B dan C.
Makanya itu, diperlukan tingkat kehati-hatian dan kewaspadaan yang tinggi supaya Anda tidak terserang virus yang diam-diam menyerang. Bukannya mencegah lebih baik daripada mengobati?